Sabtu, 1 Ogos 2009

PINDAH

Assalamualaikum dan terima kasih atas kunjungan anda. Blog ini dalam proses perpindahan ke
ArabMykrk.com
Segala kesulitan amat dikesali.

Tarikh dijangka siap ialah
1 Ramadhan 1430 H

Sabtu, 28 Mac 2009

RIADHUS SHALIHIN (1) : Taubat 5



8: Abu Said (Sa'ad bin Malik bin Sinan) Alkhudri berkata,
"Bersabda Nabi s.a.w. "Dahulu pada umat-umat yang terdahulu, terdapat seorang lelaki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. (Kemudian dia ingin bertaubat),
lalu dia menanyakan tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, maka dia ditunjukkan kepada seorang pendeta. Dia pun mendatanginya. Si pembunuh itu mengutarakan kemusykilannya iaitu dia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, apakah masih ada peluang untuk bertaubat?
Jawab pendeta, "Tidak ada." Maka segera dibunuhnya pendeta itu, sehingga genap seratus orang yang telah dibunuhnya.
Kemudian dia mencari lagi orang alim yang lain pula, ketika telah ditunjukkan kepadanya (orang alim) maka si pembunuh itu menerangkan bahwa ia telah membunuh seratus orang, apakah masih ada jalan untuk bertaubat?
Jawab si Alim, "Ya ada, siapakah yang boleh menghalangnya untuk bertaubat? Pergilah ke suatu tempat kerana di sana terdapat orang-orang yang taat kepada Allah, maka contohilah amalan mereka, dan jangan kembali semula ke tempat asalmu ini, kerana tempat ini tidak baik."
Maka pergilah orang itu. Tatkala baru separuh perjalanan, tiba-tiba hamba Allah tersebut mati mengejut.
Maka bertekaklah Malaikat Rahmat dengan Malaikat Azab berkenaan jenazah itu.
Berkata Malaikat Rahmat, "dia telah berjalan untuk bertaubat kepada Allah dengan sepenuh hatinya."
Berkata Malaikat Azab, "dia belum pernah berbuat kebaikan sama sekali!"
Maka datanglah seorang Malaikat berupa manusia dan dijadikannya sebagai juri (hakim) di antara mereka.
Dia berkata, "Ukurlah jarak di antara dua tempat - yang ditinggalkan dengan yang dituju, maka ke mana yang dia lebih dekat masukkanlah dia kepada golongan orang berkenaan."
Mereka pun mengukurnya. Hasilnya jenazah itu didapati lebih dekat dengan tempat yang baik yang ditujuinya. Maka ruhnya dipegang oleh Malaikat Rahmat.
(Buchary, Muslim)
Dalam riwayat lain (sahih) : Allah memerintahkan kepada bumi yang ditinggalkan supaya menjauh dan bumi yang ditujuinya supaya mendekat.
Dalam riwayat lain : Diukur jarak kedua-dua tempat itu, maka mereka mendapatinya lebih dekat dengan tempat yang ditujui, maka diampunkannya.
Dalam riwayat lain : Maka condong (di bahagian dadanya) ke arah tempat yang dituju.

Rujukan:
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawy (Terjemahan Salim Bahreisy). 1977. RIADHUS SHALIHIN. Bandung: PT ALMA'ARIF m.s 29-30

RIADHUS SHALIHIN (1) : Taubat 4




7: Zirr bin Hubaisy berkata, "Saya datang kepada Shafwan bin 'Assal r.a untuk bertanya tentang hal mengusap khuf (sepatu boot),
maka ia bertanya, "Mengapakah engkau datang hai Zirr?"
Jawabku, "Untuk menuntut ilmu."
Berkata Shafwan, "Sesungguhnya Malaikat menghamparkan sayapnya kepada orang yang datang menuntut ilmu, karena menyukai dengan apa yang dipelajari."
Maka saya bertanya, "Sebenarnya saya merasa ragu dalam hatiku tentang haji, mengusap khuf (sepatu boot) sesudah buang air, sedang kau seorang sahabat Nabi .s.a.w. Apakah kau pernah mendengar Rasulullah menyebut tentang itu?"
Jawabnya, "Benar, baginda menyuruh kami jika kami sedang dalam perjalanan atau bermusafir supaya tidak membuka khuf kami sampai tiga hari tiga malam, terkecuali jika berjanabah harus dibuka. Izin tidak membuka khuf itu hanya kerana hadas kecil; buang air kecil, buang air besar atau tidur."
Kemudian saya bertanya, "Apakah pernah kau mendengar Rasulullah menyebut tentang hal cinta?"
Jawabnya, "Ya, ketika kami dalam suatu perjalanan bersama Rasulullah s.a.w. tiba-tiba seorang Badwi memanggil Rasulullah s.a.w. dengan suara yang keras. "Ya Muhammad."
Dijawab oleh Nabi hampir menyamai suaranya, (nada suara orang yang kehairanan / tercengang / gila)
Maka saya peringatkan Badwi itu. "Rendahkan sedikit suaramu di depan Rasulullah s.a.w. kerana kelakuan sebegitu dilarang."
Jawab Badwi, "Demi Allah, saya tidak akan merendahkan suara saya!"
Kemudian dia bertanya, "Bagaimana seorang yang kasih kepada sesuatu kaum, tetapi tidak dapat berkumpul dengan mereka?"
Jawab Nabi s.a.w. "Seseorang itu akan berkumpul dengan sesiapa yang dikasihinya pada hari kiamat."
Safwan meneruskan ceritanya, "Kemudian Rasulullah s.a.w. selalu bercerita kepada kami, sehingga baginda menyebut tentang sebuah pintu gerbang di sebelah barat, yang lebarnya sepanjang perjalanan 40 atau 70 tahun."
Sufyan iaitu salah seorang perawi menyatakan, "(Pintu gerbang itu) terletak di bahagian Syam, telah dijadikan oleh Allah sejak dijadikanNya langit dan bumi, ia terbuka untuk menerima taubat dan tidak akan tertutup sehinggalah matahari terbit daripadanya."
(Attirmizi, Hadith Hasan Sahih)
7. Zirr bin Hubaish reported: I went to Safwan bin 'Assal (May Allah be pleased with him) to inquire about wiping with wet hands over light boots while performing Wudu'. He asked me, "What brings you here, Zirr?" I answered: "Search for knowledge". He said, "Angels spread their wings for the seeker of knowledge out of joy for what he seeks". I told him, "I have some doubts in my mind regarding wiping of wet hands over light boots in the course of performing Wudu' after defecation or urinating. Now since you are one of the Companions of the Prophet (PBUH), I have come to ask you whether you heard any saying of the Prophet (PBUH) concerning it?". He replied in the affirmative and said, "He (PBUH) instructed us that during a journey we need not take off our light boots for washing the feet up to three days and nights, except in case of major impurity (after sexual intercourse). In other cases such as sleeping, relieving oneself or urinating, the wiping of wet hands over light boots will suffice." I, then, questioned him, "Did you hear him say anything about love and affection?" He replied, "We accompanied the Messenger of Allah (PBUH) in a journey when a bedouin called out in a loud voice, 'O Muhammad.' The Messenger of Allah (PBUH) replied him in the same tone, 'Here I am.' I said to him (the bedouin), 'Woe to you, lower your voice in his presence, because you are not allowed to do so.' He said, 'By Allah! I will not lower my voice,' and then addressing the Prophet (PBUH) he said, 'What about a person who loves people but has not found himself in their company.' Messenger of Allah (PBUH) replied, 'On the Day of Resurrection, a person will be in the company of those whom he loves.' The Messenger of Allah then kept on talking to us and in the course of his talk, he mentioned a gateway in the heaven, the width of which could be crossed by a rider in forty or seventy years".Sufyan, one of the narrators of this tradition, said: "This gateway is in the direction of Syria. Allah created it on the day He created the heavens and the earth. It is open for repentance and will not be shut until the sun rises from that direction (i.e., the West) (on Doomsday)".[At-Tirmidhi, who categorised it as Hadith Hasan Sahih]Commentary:1. We learn from this Hadith that in ablution, it is permissible to wipe over light boots rather than washing the feet. It is called Mash. The period, in which Mash is intact, in case of travellers it is three days and three nights; while for the residents, it is one day and one night only. A precondition for it is that light boots should be clean and worn after full Wudu'. Ankles should also be covered. In case of breach of ablution, the wiping over the socks is sufficient, and there is no need for washing the feet. Wudu' is invalidated by sleeping, call of nature and passing of wind. This is called Hadath Asghar. In the case of Hadath Akbar, which occurs because of coitus, menses and wet dream, washing of the whole body becomes obligatory. It means that the privilege of wiping over the light boots is also finished in this case, in the same way as it does after the expiry of period specified for it.2. One should associate himself with the pious people so that he is counted among them. One also comes to know many other points from this Hadith which every intelligent person can understand with a little effort.
Rujukan:
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawy (Terjemahan Salim Bahreisy). 1977. RIADHUS SHALIHIN. Bandung: PT ALMA'ARIF m.s 27-29

RIADHUS SHALIHIN (1) : Taubat 3

4: Abu Musa Al-Asy'ary r.a. berkata, "Bersabda Nabi s.a.w. "Sesungguhnya Allah membentangkan tangan rahmatNya pada waktu malam supaya bertaubat orang yang telah melakukan maksiat pada siang hari, juga mengulurkan tangan kemurahanNya pada waktu siang, supaya bertaubat orang yang berdosa pada waktu malam. Keadaan itu tetap berlangsung hingga matahari terbit dari arah Barat."
(Muslim)
5: Abu Hurairah r.a. berkata, "Bersabda Rasulullah s.a.w. "Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah menerima taubatnya."
(Muslim)

6: Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Bersahda Nabi s.a.w. "Sesungguhnya Allah tetap menerima taubat seseorang hambaNya selama ruh (nyawanya) belum sampai di tenggorokan (hampir mati)
(At-Tirmizi - hadith bertaraf 'hasan')

Rujukan:
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawy (Terjemahan Salim Bahreisy). 1977. RIADHUS SHALIHIN. Bandung: PT ALMA'ARIF m.s 26-27

RIADHUS SHALIHIN (1) : Taubat 2


1: Abu Hurairah r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Demi Allah, sesungguhnya saya membaca istighfar (minta ampun) dan bertaubat kepada Allah setiap hari, lebih daripada tujuh puluh kali.

(Bukhari)


2: Al-Agharr bin Yasar Al-Muzniy r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda, “ Hai sekalian manusia, bertaubatlah kamu kepada Allah dan beristighfarlah (mintalah ampun) kepadaNya, maka sesungguh saya bertaubat (istighfar) setiap hari seratus kali.”

(Muslim).

Demikianlah didikan Rasulullah s.a.w. kepada kita ummat Islam yang percaya kepada ajaranNya, sebab istighfar itu bagi manusia merupakan suatu alat yang terbaik untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, sebab di situ ada pengertian pengakuan sebagai hamba yang lemah, di samping pengakuan terhadap kebesaran Allah dan kekuasaanNya yang mutlak tidak terbatas.



3: Anas bin Malik r.a. berkata, “Bersabda Rasulullah s.a.w. “ Sesungguhnya Allah lebih suka menerima tobat seorang hambaNya, melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali dengan tiba-tiba, untanya yang telah hilang daripadanya di tengah hutan.”

(Bukhari, Muslim).

Dalam riwayat Muslim: “Sungguh Allah lebih suka menerima taubat seseorang hambaNya, melebihi dari kesenangan orang yang berkenderaan di hutan, kemudian hilang daripadanya, sedangkan kenderaan itu penuh dengan bekal makanan dan minumannya, sehingga ia patah harapan untuk mendapatkannya kembali, lalu dia duduk di bawah pohon dengan kecewa dan putus asa. Tiba-tiba ketika dia bangun dari tidurnya, kenderaannya telah ada. kembali di depannya lengkap dengan bekalannya, maka segera ia pegang kendalinya sambil berkata, “Ya Allah Engkau hambaku, dan Aku Tuhanmu.” (Terlanjur -keliru- lidahnya karena sangat gembira.)”

*** Sepatutnya dia berkata, “Ya Allah Engkau Tuhanku dan Aku hambaMu.” Tetapi tersasul lidahnya sebagaimana diatas itu.
Maka Allah lebih gembira menerima taubat seorang hambaNya melebihi kegembiraan orang yang menemukan kembali harapannya itu.

Rujukan: Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawy (Terjemahan Salim Bahreisy). 1977. RIADHUS SHALIHIN. Bandung: PT ALMA'ARIF m.s 24-26

RIADHUS SOLIHIN (1) : Taubat

TAUBAT

Taubat itu hukumnya WAJIB DARI SETIAP DOSA. Maka jika maksiat (dosa) itu hanya antara seseorang dengan Allah, tiada berhubungan dengan hak manusia, ada tiga syarat taubat:

1. Harus menghentikan maksiat.
2. Harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya.
3. Niat bersungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan itu kembali.

Sekiranya dosa itu ada hubungan dengan hak manusia maka taubatnya ditambah syarat keempat iaitu:

4. Menyelesaikan urusannya dengan orang yang berhak dengan:
i. minta maaf atau
ii. halalnya atau
iii. mengembalikan apa yang harus dikembalikannya.

Firman Allah:

وَتـُوبـُوٓاْ إ ِلـَى ٱلـلـَّهِ جَمِيعًا أ َيُّـهَ ٱلـْمُؤمِنـُونَ لـَعـَلـَّكُمْ تـُفـْـلِحُـونَ - ٣١

Bertaubatlah kamu kepada Allah hai orang-orang yang beriman,supaya kamu untung (bahagia).

(An-Nur - surah ke-24: ayat ke-31)

Firman Allah:

وَأ َن ِ ٱسْــتــَغــْـفِـرُواْ رَبـَّــكُمْ ثـُــمَّ تـُــوبـُــوٓاْ إ ِلـَــيْـهِ

Mintalah ampun kepada Tuhanmu dengan membaca istighfar, dan kembali bertaubatlah kepadaNya.

(Hud - surah ke-11: ayat ke-3)

Firman Allah:

يـَـٰٓــأ َيـُّــہَا ٱلـَّــذِيـنَ ءَامَنـُــواْ تـُــوبـُــوٓاْ
إ ِلـَــى ٱللـَّــهِ تـَــوْ بـَــة ً نـَّــصُوحًا

Hai sekalian orang yang beriman, taubatlah kamu kepadaAllah dengan sungguh-sungguh.
(At-Tahrim surah ke-66: ayat ke-8)


Rujukan:1. Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawy (Terjemahan Salim Bahreisy). 1977. RIADHUS SHALIHIN. Bandung: PT ALMA'ARIF m.s 23-24
2. http://www.quranexplorer.com/quran/


Selasa, 27 Januari 2009

MUNTAKHAB AHADITH: BAH. 1 - KALIMAH TOYYIBAH // IMAN - Hadith 1 - 4

1. Daripada Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: "Iman itu lebih daripada 70 cabang, yang terbaik daripadanya ialah mengucapkan La ilaha illallah (Tiada tuhan yang patut disembah kecuali Allah S.W.T) dan yang paling rendah ialah membuang sesuatu yang menyakiti ditengah jalan, dan malu itu satu cabang daripada iman". (H.R.Muslim, bab menerangkan bilangan cabang iman, bil. 153)

MALU: Menurut ulama': Hakikat malu ialah maninggalkan perbuatan keji dan menahan diri daripada mengabaikan hak orang yang mempunyai hak. (Riadus Solihin: bil. 684)

2. Daripada Abu Bakar Siddiq r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: "Barang siapa menerima kalimah yang aku sampaikan kepada pakcikku (Abu Talib ketika hampir kematiannya) - namun dia menolaknya, nescaya kejayaan baginya". (H.R.Ahmad 1/6)

3. Daripada Abu Hurairah r.a katanya, bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: "Perbaharuilah iman kamu." Para Sahabat bertanya; "Wahai Rasulullah, bagaimanakah caranya kami memperbaharui iman kami?" Baginda s.a.w. bersabda: "Perbanyakkanlah mengucap kalimah La ilaha illallah. (H.R Ahmad, Tabrani, Isnad Ahmad bertaraf 'hasan', At-Targhib 2/415)

4. Dari Jabir bin Abdullah r.anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebaik-baik zikir ialah La ilaha illallah dan sebaik-baik doa ialah Alhamdulillah". (H.R Tarmizi dan katanya: Hadith ini bertaraf 'hasan, gharib', bab doa orang Muslim mustajab, bil. 3383)

Keterangan: Kalimah Tayyibah dikatakan sebagai kalimah yang paling afdzal kerana ia adalah asas kepada keseluruhan agama. Tanpa kalimah ini keimanan dan kelslaman seseorang tidak akan diterima dan tertolak. Alhamdulillah dikatakan sebaik-baik doa kerana maksud puji-pujian ialah satu permintaan. Dan doa ialah satu permintaan kepada Allah S.W.T. (Mazahir Haq)

Rujukan:
Muntakhab Ahadith versi B.Arab - m.s ١٨, versi B.Melayu - m.s 16-17

Khamis, 15 Januari 2009

MUNTAKHAB AHADITH: BAH. 1 - KALIMAH TOYYIBAH // IMAN - Ayat-ayat Al-Qur'an

Dan Kami tidak mengutus sebelummu (wahai Muhammad) seseorang Rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahawa sesungguhnya tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, oleh itu beribadatlah kamu kepadaKu.
(Al-Anbiya' 21: ayat 25)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gementarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah.
(Al-Anfal 8: ayat 2)

Oleh itu, orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (ajaran Al-Quran) ini, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmatNya (yang khas iaitu Syurga) dan limpah kurniaNya (yang tidak terkira) dan Allah akan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus (jalan agama Islam), yang membawa kepadaNya.
(An-Nisa' 4: ayat 175)

Sesungguhnya Kami tetap membela serta mempertahankan Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia ini dan pada saat bangkitnya saksi-saksi (pada hari kiamat)
(Al-Mu'min / Ghaafir 40: ayat 51)

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayat petunjuk.
(Al-An'am 6: ayat 82)

وَٱلـَّــذِيــنَ ءَامَـنـُــوٓا ْ أ َشَـــدُّ حُـــبًّـا لـِّــلـَّــهِ

Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.
(Al-Baqarah 2: ayat 165)

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.

(Al-An'am 6: ayat 162)

Rujukan:
1. Ayat-ayat Al-Qur'an :
3. Muntakhab Ahadith Versi B.Arab - m.s ١٧-١٨ , versi B.Melayu - m.s 14-15.

MUNTAKHAB AHADITH: BAH. 1 - KALIMAH TOYYIBAH // IMAN - Pengertian Iman


Pengertian Iman pada bahasa ialah percaya dengan yakin kepada perkataan seseorang yang dipercayai kewibawaannya dan dalam istilah agama Iman bererti mempercayai dengan penuh keyakinan berita yang dibawa oleh Rasul tanpa melihat semata-mata kerana wibawa seorang Rasul.
Rujukan:
Muntakhab Ahadith versi B. Arab - m.s ١٧, versi B. Melayu - m.s 14

Ahad, 11 Januari 2009

RIADHUS SOLIHIN (1) : Niat Ikhlas - Hadith 13

13: Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda,
"Terjadi pada masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam dalam gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang berada di dalam gua itu, jatuh sebuah batu besar dari atas bukit dan menutupi pintu gua itu, hingga mereka tidak dapat keluar.

Maka berkatalah mereka, " Sungguh tiada suatu yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya ini, kecuali jika tawasul kepada Allah dengan amal-amal salih yang pernah kita lakukan dahulu kala."
Maka berkata seorang dari mereka, "Ya Allah dahulu saya mempunyai ayah dan ibu, dan saya tidak memberi minuman susu pada seorangpun sebelum keduanya (ayah ibu), samada kepada keluarga atau hamba sahaya.
Maka pada suatu hari aku menggembala ternak pada suatu tempat yang agak jauh, hingga kembali kepada kedua ibu bapaku sesudah malam dan ayah bundaku telah tidur.
Maka saya terus memerah susu untuk keduanya, dan saya pun segan untuk membangunkan keduanya dan tidak memberikan minuman itu kepada sesiapapun sebelum ayah bundaku itu.
Maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar, maka bangunlah keduanya dan minum dari susu yang saya perahkan itu. Padahal semalaman itu juga anak-anakku menangis minta susu itu di dekat kakiku.
Ya Allah jika saya berbuat itu benar-benar karena mengharapkan keredaanMu, maka lapangkanlah keadaan kami ini."

Maka menyisih sedikit batu itu, tetapi mereka belum dapat keluar daripadanya.
Berdoa pula orang yang kedua, "Ya Allah dahulu saya pernah jatuh cinta kepada anak gadis bapa saudaraku, maka kerana terlalu cintakannya, saya selalu merayu dan ingin berzina dengannya, tetapi dia selalu menolak hingga terjadi pada suatu ketika dia menderita kelaparan dan datang meminta bantuan kepadaku,
maka saya berikan kepadanya wang seratus dua puluh dinar, tetapi dengan janji bahwa dia akan menyerahkan dirinya kepadaku pada malam harinya. Gadis itu melakukan suruhanku kemudian ketika saya telah 'berkuasa' ke atasnya -riwayat lain menyebut 'maka apabila aku telah berada /duduk di antara dua kakinya', tiba-tiba dia berkata: Takutlah kepada Allah dan jangan kau pecahkan tutup (dara) kecuali dengan cara yang hak (halal - nikah). Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya masih tetap menginginkannya, dan saya tinggalkan dinar emas yang telah saya berikan kepadanya itu.""Ya Allah bila saya berbuat itu semata-mata karena mengharap keredaanMu, maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini."Maka bergeraklah batu itu menyisih sedikit, tetapi mereka belum juga dapat keluar daripadanya.Berdoa orang yang ketiga, "Ya Allah saya dahulu sebagai majikan, mempunyai pekerja, dan pada suatu hari ketika saya membayar upah mereka, tiba-tiba ada seorang daripada mereka yang pergi meninggalkan upahnya pulang ke rumahnya tidak kembali.Maka saya perniagakan upahnya itu hingga bertambah dan berbuah menjadi berganda-ganda banyaknya.Kemudian setelah lama datanglah buruh itu berkata, "Hai Abdullah berikan kepadaku upahku dahulu itu?"Jawabku, "Semua kekayaan yang didepanmu itu daripada upahmu yang berupa unta, lembu dan kambing serta budak penggembalanya itu."Berkata orang itu, "Hai Abdullah kau jangan mengejek kepadaku." Jawabku, "Aku tidak mengejekmu."Maka diambilnya semua yang saya sebut itu dan tidak meninggalkan satupun daripadanya."Ya Allah jika saya berbuat demikian karena mengharapkan keredaanMu, maka hindarkan kami dari kesempitan ini."Tiba-tiba menyisihlah batu itu hingga mereka dapat keluar mereka dengan selamat.
(Bukhari, Muslim).

Hadis ini menunjukkan:

i. betapa besarnya faedah amal perbuatan yang tulus ikhlas, hingga dapat dipergunakan untuk bertawasul kepada Allah dalam usaha menghindarkan bahaya yang sedang menimpa.
ii. seorang suami harus mengutamakan ibu bapanya daripada anak isteri.
iii. kebesaran nilai menahan hawa nafsu, dan tidak rakus terhadap harta upah pekerja.

Tajuk akan datang : Taubat.


Rujukan:
m.s 19-22

RIADHUS SOLIHIN (1) : Niat Ikhlas - Hadith 11, 12

11: Abu Hurairah (Abdurrahman bin Shacher) r.a. berkata,
“Bersabda Nabi s.a.w. “Solat berjemaah pahalanya lebih daripada solat seorang diri, baik di tempat kerja atau di rumah sebanyak dua puluh lima darjat.
Demikianlah jika seseorang telah menyempurnakan wuduk, kemudian dia pergi ke masjid, tiada tujuan lain melainkan untuk bersolat,
tidak melangkah (setiap langkah kakinya menuju tempat solat berjemaah) melainkan diangkat satu darjat dan dihapuskan daripadanya satu dosa, hingga masuk ke dalam masjid.
Apabila telah berada di dalam masjid, maka orang itu dianggap sedang bersolat selama dia masih menantikan solat (selama dia tertahan karena menunggu solat),
dan Malaikat mendoakan seseorang selama ia dalam majlis solatnya,
Malaikat berdoa, “Ya Allah kasihanilah dia, ya Allah ampunilah dia, ya Allah maafkanlah dia. Selama dia tidak mengganggu dan belum berhadas di tempat itu."
(Bukhari, Muslim).


12: Abdullah bin 'Abbas r.a. berkata, “Rasulullah s.a.w. bersabda,

“Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan dan kejahatan, kemudian menjelaskan keduanya. Maka siapa yang berniat akan berbuat kebaikan kemudian tidak dikerjakannya, Allah mencatat untuknya satu kebaikan (hasanah),

dan jika berniat kebaikan, kemudian dikerjakan, dicatat sepuluh kebaikan (hasanah), mungkin ditambah hingga tujuh ratus kali ganda atau lebih dari itu.

Dan apabila berniat akan membuat kejahatan, tetapi tidak dikerjakan, maka Allah mencatat baginya satu kebaikan (hasanah),

dan jika niat itu dilaksanakan, maka ditulis baginya satu kejahatan.

(Bukhari, Muslim).


Rujukan:
m.s 18- 19.

RIADHUS SOLIHIN (1) : Niat Ikhlas - Hadith 8, 9, 10

8: Abu Hurairah r.a. berkata, “Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesungguhnya Allah S.W.T tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi Dia melihat / memperhatikan niat dan keikhlasan dalam hatimu.”
(Muslim)

9: Abu Musa (Abdullah) bin Qais Al-Asy'ari r.a. berkata, “Rasulullah s.a.w. ditanya tentang orang yang perang kerana keberanian dan kerana kebangsaan atau kerana kedudukan, yang manakah di antara semua itu yang disebut fisabilillah?”
Jawab Nabi s.a.w “ Siapa yang berperang semata-mata untuk menegakkan kalimatullah (agama Allah), maka itulah fisabillillah.”

(Bukhari, Muslim).

Di sini jelas benar bahwa, dorongan niat itulah yang dinilai oleh Allah S.W.T. Maka yang berperang untuk kepahlawanan, akan terkenal sebagai pahlawan, demikian yang berniat untuk lain-lainnya akan mendapat apa yang diniatkan.

10: Abu Bakrah (Nufai') bin Alharith As-Thaqafi berkata, “Bersabda Nabi s.a.w. “Apabila dua orang muslim berhadapan dengan pedang masing-masing, maka yang membunuh dan yang terbunuh kedua-duanya dalam neraka."
Abu Bakrah bertanya, “Ya Rasulullah, yang membunuh sudah jelas masuk neraka, tetapi mengapakah yang terbunuh juga masuk neraka ?”
Jawab Nabi s.a.w. “ Karena dia berniat sungguh-sungguh akan membunuh lawannya.”

(Bukhari, Muslim).

Rujukan:
m.s 16 - 18.

RIADHUS SOLIHIN (1) : Niat Ikhlas - Hadith 7

7: Sa'ad bin Abi Waqqas r.a. berkata, " Ketika saya menderita sakit kuat sewaktu melakukan hajjatul-wada', datanglah Rasulullah s.a.w. ke tempatku, maka saya bertanya,

“Ya Rasulullah, penyakitku ini agak berat dan aku seorang yang berharta, sedangkan warisku tidak ada kecuali seorang putriku, bolehkah aku sedekahkan dua pertiga dari hartaku ?”

Jawab Nabi s.a.w. “ Tidak.”

Saya bertanya “Separuh ?”

Jawab Nabi “Tidak.”

Saya Tanya, “Sepertiga ya Rasulullah ?”

Jawab Nabi s.a.w. ‘Sepertiga itu cukup banyak dan besar. Sesungguhnya jika kau meninggalkan ahli warismu kaya, lebih baik daripada kau tinggalkan mereka miskin, hingga terpaksa minta-minta kepada orang. Dan tidaklah kamu membelanjakan hartamu dalam sesuatu yang kau niatkan untuk keredaan Allah, melainkan pasti kau mendapat pahala daripadaNya, hingga belanja yang kau berikan kepada isterimu.”

Saya bertanya, “Ya Rasulullah, apakah aku ditinggal di sini oleh sahabat-sahabatku?”

Jawab Nabi, “Engkau tidak tertinggal, buatlah kebaikan yang kau niatkan kerana Allah, melainkan pasti bertambah kemuliaan derajatmu, dan mungkin kau akan tinggal sehingga ramai orang yang mendapat manfaat daripadamu, di samping ada juga orang yang merasa rugi keranamu.”

Kemudian Nabi s.a.w. berdo'a, “Ya Allah lanjutkan bagi sahabat-sahabatKu hijrah mereka, dan jangan kembalikan mereka ke belakang (ke tempat yang telah mereka tinggalkan iaitu Makkah). Tetapi yang kecewa ialah Sa'ad bin Khaulah yang selalu dikasihani oleh Rasulullah s.a.w. karena dia mati di Makkah."

(Buchary, Muslim).

Hadis ini menjelaskan beberapa hukum :

1. Wasiat seseorang yang akan mati tidak boleh lebih dari sepertiga dari kekayaannya. Sehingga bila terjadi wasiyat melebihi sepertiga, maka ahli waris berhak untuk menolak dan membatasi hingga sepertiga.

2. Segala amal perbuatan biasa, bila diniatkan untuk mencapai keredaan Allah, maka akan mendapat pahala dan dianggap sebagai ibadat. Contohnya : Belanja yang lazim bagi ahli keluarga dan sebagainya.

3. Amal yang telah dikerjakan kerana Allah, jangan ditarik kembali, sebagaimana hijrah dari Makkah, atau sedekah, maka jangan berusaha mengembalikan barang yang sudah disedekahkan itu kembali kepadanya, baik dengan membeli atau menukar atau lain-lainnya. Dan bagi seorang muslim, tidak ada masa terlambat dan ketinggalan masa, bila saja kalau ia suka beramal sungguh-sungguh kerana Allah, maka ia masih dapat mengejar derajat dan kedudukan yang tetap disediakan oleh Allah.


Rujukan:
m.s 15 - 16.

Sabtu, 10 Januari 2009

RIADHUS SOLIHIN (1) : Niat Ikhlas - Hadith 4, 5, 6


4: Jabir bin Abdullah r.a berkata: "Ketika kami bersama Nabi s.a.w. dalam suatu peperangan, tiba-tiba Nabi s.a.w. bersabda, " Sesungguhnya di Madinah ada bebcrapa orang, tidaklah setiap kali kamu melalui jalan, atau menyeberangi lembah, melainkan mereka sentiasa menyertai kamu (menyekutui kamu) pahalanya. Mereka tertahan oleh penyakit."

(Muslim).
Di mana saja kamu berjalan, baik mendaki atau menurun, mereka tetap menyekutui kamu dalam pahala, kerana kesungguhan niat, sedang mereka tertahan oleh udzur. Demikianlah pengaruh niat.

5: Anas r.a. berkata: Ketika kami kembali dari perang Tabuk bersama Nabi s.a.w. tiba-tiba Nabi s.a.w. bersabda, " Sesungguhnya ada beberapa orang tertinggal di kota Madinah, tetapi tiadalah kami melalui suatu dusun atau lembah, melainkan selalu menyertai kami, mereka tertahan oleh
uzur."
(Bukhari).

Karena niat yang sungguh- sungguh ingin ikut jihad, tetapi terhalang oleh keadaan yang memaksa harus tinggal, maka Allah berkenan dengan kurniaNya memberi kepada mereka pahala yang sama dengan orang-orang yang keluar berjuang di medan pertempuran. Demikianlah kurnia Allah yang tiada terbatas.


6: Ma'nu bin Jazid r.a. berkata: Ayahku Jazid biasa mengeluarkan beberapa dinar (emas) untuk sedekah, dan dititipkan pada seseorang di masjid, untuk diberikan kepada fakir miskin yang meminta-minta. Maka saya minta dari orang yang dititipi itu, dan saya tunjukkan kepada ayahku. Dia berkata “Demi Allah bukan kepadamu saya tujukan sedekah itu.” Dan hal ini saya ajukan kepada Rasulullah s.a.w. Maka sabda Nabi s.a.w. “ Bagimu apa yang kau niatkan hai Jazid, dan bagimu apa yang kau ambil hai Ma'nu.”


(Bukhari).

Niat Jazid akan bersedekah kepada fakir miskin telah berhasil, meskipun wang itu jatuh ke tangan anak kandungnya sendiri. Manakala Ma'nu, oleh karena dia berhak menerima sedekah, maka tidak dilarang mengambilnya.
Niat seseorang berhasil di sisi Allah, meskipun dalam praktiknya seolah-olah tidak sampai kepada yang dituju.



Rujukan
m.s 13 - 14

Jumaat, 2 Januari 2009

RIADHUS SOLIHIN (1) : Niat Ikhlas - Hadith 2 & 3

2: 'Aisyah r.a. berkata, "Rasulullah s.a.w. bersabda, "Bakal ada tentera yang akan menyerang Kaabah, tetapi ketika mereka sampai di suatu lapangan tiba-tiba dibinasakan semua, yang pertama hingga yang terakhir."
'Aisyah bertanya, " Ya Rasulullah, bagaimanakah dibinasakan semua, padahal di situ ada orang-orang yang tidak ikut, iaitu orang yang sedang di pasar dan lain-lainnya?"

Jawab Nabi :“Dibinasakan semua, kemudian dibangkitkan menurut niat masing-masing."

(Bukhari, Muslim)
Kebinasaan yang menimpa pada suatu daerah akan mengenai yang salah dan yang tidak bersalah, tetapi perhitungan di akhirat hanya terhadap mereka yang bersalah. Bagi masing-masing pejuang akan menerima perhitungan menurut niat masing-masing.


3: 'Aisyah r.a. berkata, "Bersabda Nabi s.a.w. " Tiada hijrah sesudah kembalinya kota Makkah ke tangan kaum Muslimin, tetapi yang tetap ada ialah jihad / berjuang dan niat akan berhijrah apabila keadaan memaksa. Dan bila kamu dipanggil untuk berjuang, hendaknya kamu tetap bersiap-sedia. "

(Bukhari, Muslim)

Tidak ada hijrah dari Makkah, karena Makkah telah menjadi negara Islam, sebab tujuan hijrah itu untuk mendapat kebebasan dalam melakukan perintah-perintah agama dengan rasa aman tidak terganggu.

Rujukan: m.s 12 - 13.

RIADHUS SOLIHIN : Niat Ikhlas - Hadith 1


1. Umar bin Alkhatthab r.a. berkata, "Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya sesuatu amal itu bergantung kepada niat. Penilaian Allah bagi setiap orang, ialah apa yang dia niatkan. Maka sesiapa berhijrah (dari daerah kafir ke daerah Islam) semata-mata kerana ta'at kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, maka hijrah itu diterima oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sebaliknya sesiapa berhijrah kerana keuntungan dunia yang dikejarnya, atau kerana perempuan yang akan dikahwini, maka hijrahnya bergantung kepada apa yang dia niatkan ketika berhijrah ke sesuatu tempat itu."

(Bukhari, Muslim).

Oleh kerana peri pentingnya soal niat itu, maka ulama' kaum muslimin meletakkan niat itu sebagai rukun pertama di dalam semua ibadat. Bahkan untuk membezakan antara ibadat dengan adat, hanyalah niat. Malahan sesuatu perbuatan adat, jika dilakukan dengan niat untuk mengikuti perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW maka ia berubah menjadi ibadat yang berpahala.

Para ulama' juga memperinci niat kepada lima macam; hakikat, tempat, hukum, masa dan syarat.

Hakikat niat: Iaitu sengaja (dengan sengaja mengerjakan sesuatu serentak dengan perbuatan)
Hukum niat : Wajib atau sunat.
Tempat niat : Dalam hati.
Masa niat : Pada permulaan melakukan perbuatan.
Syarat niat : Untuk tujuan amal kebaikan.

Rujukan: Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawy (Terjemahan Salim Bahreisy). 1977. RIADUS SHALIHIN. Bandung: PT ALMA'ARIF. m.s 10-11.

RIADHUS SOLIHIN : Niat Ikhlas - Ayat Al-Qur'an

NIAT IKHLAS
DALAM SEMUA PERKATAAN PERBUATAN AMAL LAHlR BATIN

Firman Allah :

وَمَآ أ ُمِـرُوٓاْ إ ِلاّ لـِـيَـعْــبـُـدُواْ ٱلـلـَّهَ مُخْـلـِـصِـيـنَ لـَــهُ

ٱلـدِّيـنَ حُـنـَــفـَـآءَ


وَيـُـقِــيـمُـواْ
ٱلصَّــلـَـوٰة َ وَيـُـؤْ تـُـواْ ٱلزَّكـَـوٰة َ ‌ۚ وَذ َالـِـكَ


دِيـنُ ٱلـْـقـَـيِّـمَـةِ

Tiadalah mereka diperintah, kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan ikhlas dalam
menjalankan agama yang lurus dan mendirikan sholat, mengeluarkan zakat. Itulah agama yang lurus.
(Al-Bayyinah 5)

Firman Allah:

لـَن يـَـنـَـالَ ٱللـَّهَ لـُـحُـومُـهَا وَلا دِمَـآؤُهَـا وَلـَــٰـكـِـن

يـَـنـَـالـُـهُ ٱلتـَّـقـْـوَىٰ مِنـكـُـمْ

Tidak sampai kepada Allah daging dan darah kurban itu, tetapi yang sampai kepada Allah ialah jalan taqwamu.
(Al-Haj 37)

Firman Allah:

قـُـلْ إ ِن تـُـخـْــفـُـواْ مَـا فِى صُـدُورِڪـُـمْ أ َوْ تـُـبْـدُوهُ

يَعْــلـَـمْـهُ ٱلـلـَّهُ

Katakanlah: Jika kamu sembunyikan atau kamu terangkan apa yang dalam dadamu itu, tetap diketahui oleh Allah.
(Ali-Imran 29)

Dari ketiga ayat ini nyata benar betapa penting peranan niat dan ikhlas dalam segala amal perbuatan ibadat yang berupa syi'ar/bukti ta'at kepada Allah.

Rujukan:
m.s 10 - 11.

KANDUNGAN RS Jilid 2

KANDUNGAN MA

BAHAGIAN PERTAMA - الكلمة الطيبة : KALIMAH TOYYIBAH

الإيمان / Iman

Pengertian Iman:
http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/bah-1-kalimah-toyyibah-iman-pengertian.html
Ayat-ayat Al-Qur'an:
http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/bah-1-kalimah-toyyibah-ayat-ayat-al.html
Hadith:
1 - 4 : http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/daripada-abu-hurairah-meriwayatkan.html


Beriman Kepada Perkara Yang Ghaib

Kejayaan hanya Dalam Perintah Allah



BAHAGIAN KEDUA - SOLAT

Solat Fardhu

Solat Berjemaah

Solat-solat Sunat Dan Nawafil

Solat Khusyu' Dan Khudu'

Kelebihan Berwuduk

Kelebihan Masjid Dan Amal



BAHAGIAN KETIGA - ILMU DAN ZIKIR

Kepentingan Ilmu

Kesan Dari Al-Qur'an Dan Hadith Nabawi

Zikir - Kelebihan Dan Keunggulan Al-Qur'an

Kelebihan Zikrullah

Doa-doa Dan Zikir Daripada Rasulullah s.a.w



BAHAGIAN KEEMPAT - IKRAMUL MUSLIMIN

Kedudukan Seorang Muslim

Akhlak Yang Terpuji

Hak-hak Orang Islam

Menjalin Tali Persahabatan

Menyakiti Orang-orang Islam

Hindarkan Perselisihan Sesama Islam

Membantu Umat Islam Melalui Harta



BAHAGIAN KELIMA - IKHLAS NIAT

Ikhlas Iaitu Membetulkan Niat

Beramal Dengan Meyakini Janji Allah S.W.T



BAHAGIAN KEENAM - DAKWAH DAN TABLIGH

Dakwah Dan Kelebihannya (Ayat-ayat Al-Qur'an)

Kepentingan Dakwah - Hadith-hadith Nabawi

Fadhilat Keluar Di Jalan Allah

Adab-adab Dan Amalan Ketika Keluar Di Jalan Allah

Menghindar Diri Dari Perkara Yang Sia-sia



KITAB RUJUKAN

KANDUNGAN RS Jilid 1

BAB 1 : NIAT IKHLAS
Ayat Al-Qur'an
http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/niat-ikhlas-dalam-semua-perkataan.html
Hadith 1
http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/riadhus-solihin-niat-ikhlas-hadith-1.html
Hadith 2 & 3
http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/riadhus-solihin-1-niat-ikhlas-hadith-2.html
Hadith 4, 5, 6
http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/riadhus-solihin-1-niat-ikhlas-hadith-4.html
Hadith 7
http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/riadhus-solihin-1-niat-ikhlas-hadith-7.html
Hadith 8, 9, 10
http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/8-abu-hurairah-r.html
Hadith 11, 12
http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/riadhus-solihin-1-niat-ikhlas-hadith-11.html
Hadith 13
http://lamanhadith-mykrk.blogspot.com/2009/01/riadhus-solihin-1-niat-ikhlas-hadith-13.html
BAB 2 : TAUBAT


BAB 3 : BENAR


BAB 4 : MUROQOBAH


BAB 5 : TAQWA


BAB 6 : YAKIN DAN TAWAKAL


BAB 7 : ISTIQOMAH


BAB 8 : NASIHAT


BAB 9 : SYAFAAT


BAB 10 : ADAB KESOPANAN


BAB 11 : ADAB TATA TERTIB MAKAN
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Wahai diri, janganlah menjadi orang yang ilmunya sebesar gunung tetapi amalnya sebesarnya debu.....insaflah................
Print

Senarai Rujukan:

1. Ayat-ayat Al-Qur'an
quranexplorer.com
praytime.info


2. Terjemahan ayat-ayat Al-Qur'an
readthequran.org


3. Riadhus Solihin versi Bahasa Indonesia
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawy (Terjemahan Salim Bahreisy). 1977. RIADUS SHALIHIN. Bandung: PT ALMA'ARIF

4. Riadhus Solihin versi Bahasa Arab dan Bahasa Inggeris
guidedways.com


5. Muntakhab Ahadith versi Bahasa Melayu
Maulana Muhammad Yusuff Al-Kandahlawi (Terjemahan Bahasa Melayu oleh ; Abu Abil Hassan Ibn Musa dan Muhammad Sanadi bin Hj. Abu Bakar)
الأحاديث المنتخبة - حديث٢ ڤيليهن MUNTAKHAB AHADITH.
Kuala Lumpur : KLANG BOOK CENTRE

6. Muntakhab Ahadith versi Bahasa Arab
العلامة الداعية الشيخ محمد يوسف الكندهلوى رحمه الله .٢٠ من ذى القعدة ١٤١٨ ه. الأحاديث المنتخبة. نظام الدين دلهى الجديدة (الهند) : مكتبة فيض عام